Ada rasa campur aduk ketika membincang tentang remaja menulis ini. Di satu sisi senang dan bangga. Di sisi lain, prihatin dan miris.
Lah, kenapa mesti ada rasa prihatin melihat remaja menulis? Udah bener tuh merasa bangga. Kenapa ada prihatinnya segala? Sudah bagus kan mereka mengisi masa remajanya dengan menulis?
Betul, menulis memang kegiatan bagus untuk remaja. Kalau tidak bagus, untuk apa dalam pelajaran Bahasa (Indonesia, Inggris) anak-anak dilatih membuat karangan, esai, artikel, dan sebagainya.
Jadi kenapa malah prihatin?
Baca Juga: Para Penulis Ini adalah Dokter
Pertama, Isi Tulisan
Bagaimana mungkin remaja-remaja usia belasan bisa menulis novel yang memuat adegan-adegan vulgar?
Novel-novel jenis ini biasanya dipublikasikan secara online di platform digital karena kalau di penerbit konvensional tidak akan lolos.
Adegan “kamar tidur” ditulis dengan demikian detail. Tokoh ceritanya bisa remaja, bisa dewasa.
Pirtinyiinnyi, bagaimana mungkin mereka yang notabene masih remaja itu tahu begitu mendetail tentang aktivitas “kamar tidur” ini?
Apa yang mereka baca? Apa yang mereka tonton? Apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka alami?
Tulisan yang Memprihatinkan
Setidaknya nih, ada dua macam tulisan dari remaja yang membuat Ada Resensi prihatin.Pertama, Isi Tulisan
Bagaimana mungkin remaja-remaja usia belasan bisa menulis novel yang memuat adegan-adegan vulgar?
Novel-novel jenis ini biasanya dipublikasikan secara online di platform digital karena kalau di penerbit konvensional tidak akan lolos.
Adegan “kamar tidur” ditulis dengan demikian detail. Tokoh ceritanya bisa remaja, bisa dewasa.
Pirtinyiinnyi, bagaimana mungkin mereka yang notabene masih remaja itu tahu begitu mendetail tentang aktivitas “kamar tidur” ini?
Apa yang mereka baca? Apa yang mereka tonton? Apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka alami?
Kedua, Plagiasi
Mereka membaca sebuah novel, cetak atau digital. Mereka suka dengan cerita itu, lalu mengetik ulang cerita tersebut, mengganti nama-nama tokohnya, dan mengganti nama penulisnya. Alur, konflik, dialog, dan sebagainya sama persis.
Kalau itu novel digital, lebih gampang lagi proses pencuriannya. Apalagi yang aslinya diposting di media sosial seperti Facebook.
Ah ya, tidak cuma karya fiksi seperti novel dan cerpen yang dicaplok. Artikel juga banyak yang dicaplok.
Orang lain susah-payah menulis, eh dia ringan saja meng-copas dan mengganti nama penulis aslinya dengan namanya.
Si plagiator terkenal, penulis aslinya tenggelam. Si plagiator dipuji-puji, penulis aslinya dicela pansos.
Baca Juga: Resensi Buku, Sebuah Cerita Kecil
Mereka membaca sebuah novel, cetak atau digital. Mereka suka dengan cerita itu, lalu mengetik ulang cerita tersebut, mengganti nama-nama tokohnya, dan mengganti nama penulisnya. Alur, konflik, dialog, dan sebagainya sama persis.
Kalau itu novel digital, lebih gampang lagi proses pencuriannya. Apalagi yang aslinya diposting di media sosial seperti Facebook.
Ah ya, tidak cuma karya fiksi seperti novel dan cerpen yang dicaplok. Artikel juga banyak yang dicaplok.
Orang lain susah-payah menulis, eh dia ringan saja meng-copas dan mengganti nama penulis aslinya dengan namanya.
Si plagiator terkenal, penulis aslinya tenggelam. Si plagiator dipuji-puji, penulis aslinya dicela pansos.
Baca Juga: Resensi Buku, Sebuah Cerita Kecil
Tulisan yang Membanggakan
Novel-novel remaja karya Sarah Ann. |
Kabar baiknya, dunia literasi kita masih memiliki penulis-penulis remaja yang berkarya secara positif.
Sampai sebelum pandemi tahun 2020, Penerbit Mizan adalah salah satu penerbit besar yang memberi tempat khusus bagi remaja 13-18 tahun untuk berkarya.
Karya-karya para remaja ini terbit di bawah label Fantasteen (untuk genre fantasi horor dan misteri) dan PinkBerry (untuk genre persahabatan).
Di bawah naungan Penerbit Mizan ini muncul dan moncerlah nama-nama penulis remaja seperti:
- Sucia Ramadhani. Novel Ghost Dormitory cetak ulang belasan kali, dan memunculkan novel-novel Fantasteen lain seri “Ghost Dormitory”.
- Sherina Salsabila. Di bawah bendera Fantasteen ada novel-novelnya seperti Mak Tuo, Haunted Theatre, Ghost in Spring, dan Phobia.
- Sarah Ann. Beberapa novelnya adalah Death Song, The Lost Man, The Doll, Deadly Call, dan Ghost in Summer. Novel-novel ini juga membawanya diterima di Komunikasi UPI melalui jalur prestasi.
- Nabilla Anasty. Beberapa novel Fantasteen-nya adalah Ghost Dormitory in Alaska, Hot Seat, dan The Escapist.
- Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Ada beberapa novel Ziggy di Fantasteen, seperti Lucid Dream, Ghost in Sidney, dan Teru Teru Bozu.
Tahun 2023 ini para penulis remaja tersebut sudah tidak remaja lagi. Sherina sedang menyelesaikan kuliah S1 di Turki. Sarah kuliah tahun ketiga, masih aktif menulis tetapi fokus ke tulisan ilmiah.
Nabilla sudah menyelesaikan pendidikan S2-nya dan sekarang menjadi dosen di sebuah PTS di Bandung.
Sucia juga sudah lulus S1 dari UI. Di profil LinkedIn tercantum ia sekarang bekerja sebagai content writer dan writing coach.
Ziggy sudah lama lulus dari Fakultas Hukum Unpad. Semasa kuliah di Bandung, Penulis Lampung ini juga aktif menulis novel berbagai genre, dan kerap mendapat penghargaan. Misalnya novel Di Tanah Lada dan Semua Ikan di Langit.
Baca Juga: Kerja Penulis Itu Apa Saja?
Remaja Punya Potensi
Novel-novel Fantasteen karya Sherina Salsabila, Ziggy, dan Sucia Ramadhani. |
Ada Resensi percaya, remaja punya potensi luar biasa, termasuk dalam hal menulis. Bukan hanya menulis novel, tetapi juga menulis artikel dan blog.
Blogger Riau Ardi Handayat misalnya. Sering menang lomba blog berskala nasional membuatnya diterima di Komunikasi Undip lewat jalur prestasi.
Daerah lain bukan tak mungkin memiliki blogger remaja berprestasi. Hanya saja tak terpantau oleh Ada Resensi. Mungkin Blogger Lampung, Blogger Medan, Blogger Surabaya, dan sebagainya.
Sayang sekali kalau potensi menulis itu tidak diarahkan di jalan yang benar. Sayang sekali kalau potensi menulis itu malah digunakan untuk menulis cerita ena-ena hanya karena mengejar view dan uang.
Apakah di sekelilingmu ada remaja yang memiliki potensi menulis? Atau mungkin dirimu sendiri?
Yuk, asah kemampuan menulis sambil tetap menjaga diri agar tidak terjerumus ke tulisan yang tidak-tidak.
Kalau masih remaja gini sulit g sih buat mereka nemu cara buat eksis lewat novel, kadang info seperti program Mizan buat novelist remaja mungkin g sampai ke mereka
BalasHapusSelama mereka masih bisa mengakses internet, mestinya sih nggak sulit, Mas.
Hapus