Beberapa waktu lalu saya mendadak mendapat hidayah untuk bebersih rumah. Hampir di semua penjuru rumah ada buku.
Jadi saya putuskan untuk merapikan sekaligus menyortir buku-buku di rumah. Kalau rumah digital harus optimasi blog, rumah di dunia nyata ya harus dibersihkan sipaya fungsinya optimal.
Buku-buku yang sudah tidak dipakai lagi
selama bertahun-tahun, lebih baik disingkirkan saja. Terutama buku pelajaran dan
buku LKS.
Buku Lungsuran
Saya masih mengalami masa belajar di
sekolah dengan menggunakan buku-buku paket lungsuran kedua kakak saya.
Beda usia saya dan kakak-kakak saya
adalah 4 tahun dan 5,5 tahun. Ketika saya masih bocah SD, mereka sudah di
bangku SMP. Namun, banyak buku paket mereka yang masih bisa saya pakai.
Begitu juga ketika saya SMP. Barulah
ketika saya SMA, buku-buku paket mereka tak terpakai oleh saya. Bukan apa-apa. Kedua
kakak saya mengambil jurusan Fisika, sedangkan saya memilih jurusan Sosial.
Sayangnya, anak-anak saya tak mengalami
serunya (atau iritnya?) menerima buku pelajaran lungsuran dari kakak-kakak
sepupu mereka.
Buku pelajaran yang berupa buku paket
saja sudah tidak bisa dilungsurkan. Penyebab utamanya pergantian kurikulum.
Kalaupun belum ganti kurikulum, tetap saja tak bisa memakai buku lungsuran. Kenapa? Beda penerbit atau beda edisi. Padahal mah kalau ditelisik, isinya mirip-mirip.
Mau nekat pakai buku paket lungsuran?
Yah, si anak bakal bingung ketika
harus mengerjakan soal di halaman sekian dan sekian buku paket.
Mending kalau soal itu dikerjakannya
di buku tulis. Masih bisa melihat soal dari buku teman. Nah kalau harus mengerjakan
soal itu langsung di buku paket?
Jadi, buku pelajaran lungsuran sekadar
untuk pengayaan di rumah. Itu pun seringnya tak terpakai karena sudah “kenyang”
dengan buku paket dan buku LKS milik sendiri.
Buku Sekali Pakai
Kalau buku-buku paket masih bisa
dijadikan sebagai buku pengayaan, tidak demikian halnya dengan buku LKS. Buku
LKS alias Lembar Kerja Siswa ini hanya bisa untuk satu kali pakai.
Sesuai namanya, buku LKS ini berisi
lembaran-lembaran soal. Siswa harus mengerjakan soal-soal itu langsung di buku
LKS.
Lembar-lembar yang sudah terisi dalam buku LKS SD. |
Kalau setiap halaman soal sudah dikerjakan dan dinilai, bagaimana mungkin bisa dipakai oleh orang lain?
Buku LKS di Gudang
Ketika bebersih rumah, saya menemukan
banyak buku sekali LKS SD di gudang. Buku-buku LKS itu milik kedua anak saya, juga keponakan-keponakan
saya.
Ratusan buku LKS itu tak bisa
dilungsurkan pada orang lain karena halamannya sudah terisi.
Btw, melihat halaman LKS yang masih
kosong bersih justru lebih menyakitkan dompet. Diwajibkan membeli tapi untuk
berlatih soal justru menggunakan sumber lain
Lalu, akan diapakan buku-buku LKS bekas itu? Tak mungkin menyimpannya lebih lama lagi.
Sekadar info, keponakan-keponakan saya yang dulu menggunakan LKS itu sekarang sudah dewasa (1 sudah menikah, 2 sedang skripsi, 1 baru masuk kuliah). Anak bungsu saya sudah kelas 9 SMP, kakaknya sudah kuliah.
See? Betapa lamanya ratusan buku LKS itu memenuhi gudang.
Saya sempat browsing untuk mencari
cara pemanfaatan buku bekas. Tapi sayangnya saya tidak sekreatif orang-orang
itu.
Ini yang paling mungkin saya lakukan
dengan buku-buku LKS bekas itu.
1. Menjualnya pada tukang rongsok.
Di kota lain, tukang rongsok ini
disebut tukang loak, tukang rombeng, atau sebutan lainnya.
Intinya, mereka membeli barang-barang
bekas dari rumah ke rumah. Koran bekas, buku bekas, kardus, botol bekas, dan
segala macam barang bekas lainnya.
Harga jualnya murah meriah. Sekilo buku
bekas paling-paling hanya dihargai seribu-dua ribu rupiah. Alhamdulillah, itu juga
uang.
Lah daripada buku-buku bekas itu teronggok
bertahun-tahun di gudang, kan?
2. Menjadikannya sebagai bungkus paket.
Saya kan jualan buku online. Sering
buka jastip buku juga. Nah, buku-buku LKS yang sudah tak terpakai itu saya
gunakan untuk membungkus paket.
Tentu saja, sudah dipilih yang kertasnya masih bagus. Yang sudah lembap atau berjamur mah nggak dipakai.
3. Mendaur ulang.
Dulu sih saya masih cukup rajin mendaur
ulang kertas-kertas bekas. Tapi sekarang nggak lagi. Dikilo dan dipakai untuk
bungkus paket saja. Biarlah nanti orang lain yang mendaur ulang kertas-kertas
bekas itu.
Jualan buku online. |
Kalau kalian bagaimana? Buku-buku bekas
yang tak mungkin dilungsurkan dan sudah tak layak disumbangkan, dijadikan apa?
Salam,
kalau buku yang kusuka dan suka kubaca berulang biasanya disimpan diperpustakaan pribadi dirumah. Tapi buku yang sudah dibaca sekali biasanya bakalan disumbangkan atau dikasi sama yang mau kak
BalasHapusEnakkan dulu ya, buku pelajaran bisa dilungsur ke adik-adik. Jadi lebih irit, nggak perlu bingung nyari buku pelajaran baru lagi. Sekarang udah beda kurikulumnya. Kalo saya buku bekasnya dikiloin, atau dijual ke tukang sayur buat bungkus cabe-cabean, *eh,... bungkus cabe tomat maksudnya., hehehehe....
BalasHapusSedih sebenarnya dengan banyaknya buku LKS dan buku cetak yang gak bisa dilunsurkan begini. Soalnya sayang banget, kalau sudah dipakai cuma buat dikiloin aja.
BalasHapusLKS ini kenangan bangett ngga sih haha. Aku dlu suka banget koleksi LKS buat belajar lagi. Tp dipikir2 sekarang juga ga bakal kebaca lagi kann. Haha. Jadi sama kak biasanya LKS aku kasih ke orang buat bungkus jualan orang2 pasar gituu
BalasHapusWaah berapa lamanya itu LKS ada di gudang ya mba. Hehe. Kalau saya paling saya jual kiloan ke tukang rombengan barang bekas. Gak kreatif juga saya buat barang daur ulang dari kertas huhu
BalasHapusdulu sih buku2 LKS ku selalu aku berikan ke adik tingkat.. kadang kalau yang masihh memuat materi2 penting aku simpan, kadang kalo mapel favorit ya aku simpan. sekarang ya sudah dirombengkan semua, kak :D
BalasHapusSedih banget. Ada itu LKS dari zaman awal covid yg masih mulus lus, bahkan dikasih nama aja belum. Tapi anaknya udah lulus.
BalasHapusTerus susah mau ngeloak kl LKS agama Islam. La ada ayat-ayatnya. Kl sempat sih sebaiknya dimusnahkan dulu yg ada ayat Qurannya. Tapi saya juga lebih seringnya bablas ke tukang rosok. Trus nemu bungkus tempe yg ada ayat-ayatnya. Trus merasa bersalah. Gituuu terus. Hadeh...