Hijab for Sisters

Literasi Digital, Agar Aman Berinternet

 

Pengertian literasi digital


Mungkin selama ini kita lebih familier dengan “literasi baca tulis” dan agak asing dengan literasi digital.

Kebanyakan kita memang lazim mengaitkan literasi dengan budaya membaca dan menulis.

“Bukti rendahnya budaya literasi kita!” komentar seseorang ketika ada yang menanyakan sesuatu yang sudah jelas-jelas tercantum. Maksudnya, yang rendah adalah budaya membaca kita.

Nggak salah juga, sih. Menurut UNESCO, minat baca bangsa Indonesia cuma 0.001%. Dari seribu orang cuma satu yang suka membaca.

Menurut penelitian yang diadakan Central Connecticut State University, Indonesia ada di peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti soal minat baca.

Namun, sesungguhnya literasi lebih luas daripada membaca dan menulis

Baca Juga: Resensi Buku, Sebuah Cerita Kecil

 

Mengenal Literasi

Blog Ada Resensi ini sendiri sengaja berfokus pada literasi membaca dan menulis.

Memangnya ada literasi apa lagi selain literasi baca tulis?

Mengutip dari Kemdikbud RI, kecakapan literasi ada enam macam.

  1. Literasi baca tulis.
  2. Literasi numerasi.
  3. Literasi sains.
  4. Literasi finansial.
  5. Literasi digital.
  6. Literasi budaya dan kewargaan.

Keenam jenis literasi tersebut perlu banget untuk kita pahami untuk kehidupan sehari-hari.

Literasi finansial, misalnya. Sempat ramai nih tentang keharusan melek literasi finansial setelah banyak yang tertipu investasi bodong, pinjaman ilegal, dan tipu-tipu mengatasnamakan lembaga keuangan tertentu.

Melek literasi finansial juga dibutuhkan agar bijak mengelola keuangan, agar uang yang didapat tidak bablas habis untuk gaya-gayaan.

Bagaimana dengan literasi digital?

 

Melek Literasi Digital

Perlunya menjadi cakap digital
Tumbuhkan literasi digital agar lebih aman beraktivitas di dunia maya.


Mengutip dari Kerangka Literasi Digital Indonesia (kemdikbud.go.id), literasi digital adalah:

kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.

Sekarang ini cakap digital menjadi sangat penting untuk dikuasai. Gimana nggak penting, sehari-hari kita tidak bisa lepas dari perangkat gadget yang terkoneksi ke internet.

Dari belajar, cari berita terkini, belanja, urusan perbankan, kerja, silaturahmi, sampai mengisi waktu luang dilakukan secara online.

Harga ponsel semakin terjangkau. Tentu saja bukan yang high end, juga bukan ponsel apel kroak keluaran terbaru. Ponsel satu jutaan juga sudah bisa untuk berselancar di internet.

Kuota?

Ini pun semakin terjangkau. Beberapa provider seluler rajin perang harga untuk menjaring pelanggan. Promo dan diskon yang ditawarkan sering begitu menggoda.

Misalnya dengan 10 ribu bisa dapat 2 GB plus kuota unlimited untuk mengakses media sosial tertentu.

Jika kemudahan-kemudahan itu tidak dibarengi dengan melek literasi digital, hal-hal tak diinginkan pun bisa terjadi.

Jagat internet memang memberi banyak kemudahan. Namun, semua hal di dunia ini memiliki dua sisi, begitu pula dengan internet.

Baca Juga: Blog Plan, Biar Ngeblog Makin Cuan

 

Kejahatan di Dunia Digital

Literasi digital dan kejahatan di dunia maya.
Beraktivitas di dunia digital pun membutuhkan kehati-hatian.

Internet membuat kita bisa terhubung dengan siapa saja di mana saja. Sayangnya, kita sering tidak tahu siapa yang sebenarnya terhubung dengan kita.

Kejahatan di dunia maya (cyber crime) tak kalah banyaknya dari kejahatan di dunia nyata. Misalnya:

  1. Skimming, mencuri data kartu debit dan kartu kredit untuk menarik uang.
  2. Peretasan email dan web. 
  3. Penipuan online.
  4. Penyebaran berita bohong (hoax)
  5. Pornografi.

Sering tuh ada yang kirim link via SMS, WA atau DM (Direct Message) di media sosial. Link itu mesti diklik, seolah-olah si penerima link mendapat hadiah undian.

Ada juga yang menyasar penjual online. Para penjual ini dikirimi link, seolah-olah si pengirim link akan membeli produk tersebut.

Kalau kita klik link itu, jangan kaget jika saldo di rekening terkuras habis. Malah ada link yang kalau diklik langsung masuk ke aplikasi pinjaman online.

Cyber bullying, pornografi dan pelecehan di internet pun luar biasa mengerikan. Dari orang dewasa sampai anak di bawah umur bisa menjadi korbannya.

Pantas saja para narasumber literasi digital tak bosan-bosan mengingatkan agar berhati-hati di dunia maya.

Pelecehan pun banyak terjadi di media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Sering terjadi, foto dan video yang sebenarnya biasa saja, seperti bercanda dengan teman-teman atau sedang berolahraga dikomentari mesum oleh warganet.

Bayangkan jika anak atau keluarga kita yang mendapat perlakuan seperti itu.

Semoga teman-teman pegiat media sosial, blogger perempuan, blogger parenting, dan sebagainya tak bosan membuat konten yang mengedukasi tentang literasi digital ini.

Baca Juga: Kisah Korban Bullying di Sekolah

 

Kesimpulan

Tak hanya harus cakap baca tulis, menjadi cakap digital pun sebuah keharusan.

Lebih berhati-hati dalam berinteraksi dan bertransaksi di dunia maya. Juga lebih berhati-hati dalam mengunggah foto di media sosial.

Kita tak pernah tahu pasti siapa saja yang melihat foto dan video yang kita unggah ke media sosial. Waspadalah, waspadalah!

 

Salam,

Ada Resensi

Tidak ada komentar

Mohon maaf, komentar dengan link hidup akan saya hapus. Thanks.