Hijab for Sisters

5 Alasan Menulis Blog, Kamu yang Mana?

 

Alasan menulis blog

Ketika menjadi manusia pertama yang ngeblog pada bulan Januari 1994, Justin Hall mungkin tidak mengira dunia perblogan akan menjadi seriuh sekarang.

Sepuluh tahun kemudian, Desember 2004, New York Times Magazine memberi julukan The Founding Father of Personal Blogging kepada Justin Hall.

Baca Juga: Blog Plan, Biar Ngeblog Makin Cuan

Mulai Menulis Blog

Ketika mulai ngeblog itu Justin berusia 19 tahun lebih sedikit (ia lahir tanggal 16 Desember 1974).

Kamu, ketika berusia 19 sedang melakukan apa?

Hehe … udah, nggak usah dijawab, juga nggak usah dijadikan PR. Tiap orang punya starting point yang berbeda-beda, termasuk dalam menulis blog.

Tahun 1994 itu internet masih “asing” bagi kebanyakan orang Indonesia. Boro-boro ngeblog.

Tahun 1998 baru deh bermunculan cikal-bakal blogger Indonesia. Tahun 2001 baru mulai ramai.

Sekarang dunia blogging semakin riuh. Makin banyak yang menjadi blogger. Makin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh blogger.

Dulu blogger ya menulis blog saja, seringnya tentang pengalaman sehari-hari. Online diary. Sekarang, blogger juga mesti jago mengedit foto, paham SEO, dan sebagainya.

Kalau nggak jago mengedit foto, nggak paham SEO, apa bisa jadi blogger?

Ya bisa saja. Setiap orang punya alasan tersendiri ketika memutuskan untuk menulis blog. Beda alasan, beda tujuan, beda perbekalan.

Baca Juga: Travel Writer Indonesia, Berkenalan ke Berbagai Penjuru Dunia

Alasan Menulis Blog

Menulis blog karena
Berbagai alasan membuat seseorang memilih untuk menulis blog.

Ada banyak yang bisa dijadikan alasan untuk menulis blog. Bahkan, no reason juga merupakan sebuah alasan.

Dari sekian banyak itu, Ada Resensi mengumpulkan lima alasan.

1. Hobi

Blog memang wadah yang tepat untuk mereka yang hobi menulis. Bahkan, yang tidak hobi menulis pun bisa saja ngeblog.

Ada?

Ada. Mungkin mereka punya alasan lain kenapa ngeblog padahal tahu dirinya tidak suka menulis.

Orang yang ngeblog karena hobi biasanya menulis blog dengan bahagia, ringan, tanpa keterpaksaan, tanpa stres.

Namanya juga hobi. Dilakukan pada waktu sengggang untuk memenangkan hati dan pikiran, untuk mendapatkan kesenangan.

Kalau ada yang sampai sukses dari jalur hobi, itu bonus yang harus disyukuri.

2. Personal Branding

Blog memungkinkan seseorang memperkenalkan dan memperkuat personal branding-nya.

Seorang motivator menulis blog yang bertema motivasi, mengisi blognya dengan kegiatan-kegiatan off air terkait motivasi, dan sebagainya.

Seorang dokter menulis blog yang bertema kesehatan. Memberi tips-tips menjaga kesehatan, bagaimana merawat anak lansia yang sakit, dan sebagainya.

3. Mendapatkan Penghasilan

Mendapatkan uang dari menulis blog
Ngeblog untuk mendapatkan penghasilan. Foto: Unsplash.

Tak perlu (pura-pura) malu jika alasanmu menulis blog adalah untuk mendapatkan penghasilan.

Kenapa harus malu? Memangnya tulisanmu hasil copas tulisan orang lain? Atau kerjaan spinner article? Kalau iya, memang seharusnya malu, sih.

Sama-sama menulis untuk mencari penghasilan, janganlah main curang. Tak berkah nanti rezekimu.

Faktanya, sekarang menulis blog memang jadi ladang penghasilan. Tak ada angka pasti dapatnya berapa per bulan.

Semua tergantung pada sering tidaknya dapat job, besar kecilnya nominal per job, sering tidaknya menang lomba menulis blog, banyak tidaknya penghasilan dari iklan, dan semacamnya.

Karena menulis blog untuk mendapatkan penghasilan, kaum ini terus berusaha meningkatkan skill.

Tidak cuma skill menulis, tetapi juga belajar ilmu SEO, belajar edit foto dan video, belajar bikin story telling, belajar melakukan optimasi blog, dan semacamnya.

Banyakkah blogger yang menulis untuk mendapatkan penghasilan?

Oh, tentu saja banyak. Hanya saja, ada yang terang-terangan mengaku, ada yang masih malu-malu bajaj.

Malu-malu bajaj tuh kelihatannya aja malu-malu, ngeles-ngeles, tapi langsung tancap gas pol ketika ada job.

4. Mencatat Pengalaman

Beginilah awalnya orang-orang ngeblog. Bercerita tentang pengalaman sehari-hari.

Pengalaman makan bakso isi cabai rawit, pengalaman ketemu artis di pasar loak, pengalaman hamil, pengalaman seharian di sekolah, pengalaman bertemu jodoh, pengalaman belajar spiritualitas, dan sebagainya.

Blog menjadi sebuah buku harian online.

“Biar nanti anak cucuku bisa baca kisah hidup orangtuanya, kisah kakek neneknya.”

“Biar mereka tahu cerita masa kecil mereka dulu seperti apa.”

“Kalau-kalau tak panjang usia untuk menemani mereka hingga dewasa, mereka masih bisa membaca tulisan di blog kami tentang mereka. Masih bisa menemukan resep masakan favorit yang dulu sering mereka makan…”

Duh, jadi sedih.

5. Berbagi Pengetahuan

Ini mirip-mirip sih dengan mencatat pengalaman. Namun, Ada Resensi membedakannya dari porsi curhat pribadi.

Dalam berbagi pengetahuan tentu saja ada ilmu bermanfaat yang dibagikan kepada pembaca.

Berbagi pengetahuan tidak sekadar bercerita dengan pola “pada hari minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka….”

Mereka yang punya pengetahuan tentang kuliner bisa membuat blog kuliner dengan bahasan mendalam, bukan sekadar “Enak bangeeeet, mo meninggoy rasanya!”

Mereka yang belajar spiritualitas membagikannya dalam blog tentang spiritualitas.

Ada ilmunya, ada pengetahuannya. Yang membaca pun jadi mendapat insight, jadi tercerahkan.

Banyak Alasan untuk Menulis

Ada banyak alasan untuk menulis blog. Sama seperti ada banyak alasan untuk tidak menulis.

Seseorang bisa saja menulis blog karena hobi, mencatat pengalaman, dan mencari penghasilan sekaligus.

Kalau kamu juga menulis blog, alasanmu apa, tuuuuh?


Salam,

Ada Resensi

Tidak ada komentar

Mohon maaf, komentar dengan link hidup akan saya hapus. Thanks.