Bagi orang awam seperti kita, hipertensi paru masih terdengar asing. Saking asingnya, mungkin malah menganggap penyakit ini tidak berbahaya dan sama saja seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) biasa.
“Diet dan memperbaiki pola hidup aja deh, biar hipertensinya turun.” Mungkin begitu anggapan sebagian dari kita. Padahal, hipertensi paru sangat berbeda dengan hipertensi biasa.
Jika hipertensi biasa dapat diukur dengan tensimeter, maka hipertensi paru hanya bisa diketahui dengan menggunakan echocardiology (USG jantung) dan kateterisasi jantung kanan.
Mengenal Hipertensi Paru
Dalam Pengantar di buku Satu Napas, Prof. Bambang Budi Siswanto menulis bahwa penyakit hipertensi paru adalah peningkatan tekanan di pembuluh darah paru. Penyakit ini sulit diketahui dan mematikan.Prof. Bambang yang juga Ketua Pengawas Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI) juga menyebutkan bahwa sulit dan mahalnya diagnosis penyakit ini membuat banyak pasien hipertensi paru datang dalam stadium lanjut. Obat-obatan untuk penyakit ini sulit didapat. Kalau ada pun, harganya mahal.
Mahalnya biaya berobat dan harga obat-obatan ini digambarkan oleh Dhian (halaman 120-121) telah menyedot habis gajinya sebagai PNS.
Prof. Lucia Kris Dinarti yang juga memberi Pengantar pada buku Satu Napas menyebutkan, “Hipertensi paru adalah penyakit progresif yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah paru yang menetap dan dapat mengakibatkan gagal jantung kanan. Hipertensi paru juga merupakan komplikasi yang dapat berujung fatal jika tidak ditangani dengan baik.”
Sudah terbayangkah betapa mengerikannya hipertansi paru yang tergolong penyakit langka ini?
Selanjutnya, yuk kita lihat kisah para penyintas hipertensi paru dalam buku Satu Napas.
Baca Juga: Manfaat Membaca Buku untuk Kesehatan
Penyunting: Fernando Simandalahi
Penerbit: One Peach Media dan Yayasan Hipertensi Paru Indonesia
Identitas Buku Satu Napas
Cerita Inspiratif, Kumpulan Kisah Nyata Perjuangan Pasien Hipertensi Paru
Penulis: Isla Thoyib, Nur Alfiani, dkkPenyunting: Fernando Simandalahi
Penerbit: One Peach Media dan Yayasan Hipertensi Paru Indonesia
Tahun Terbit: 2024
Cetakan: 1
Tebal: xiv + 142 halaman
ISBN: 978-623-483-228-0
Harga: Rp 88.900 (Pulau Jawa)
Seperti umumnya sebuah antologi dengan para penulis yang berbeda, sebelas kisah dalam buku ini pun ditulis dengan gaya berbeda-beda.
Ada yang memulai dan mengakhiri kisah dengan menyapa pembaca, ada yang mengawali dengan untaian kalimat bijak, ada yang to the point bercerita.
Sebelum memulai setiap kisah, ada halaman khusus berisi quote, puisi, atau kata-kata penyemangat. Ini juga beda-beda, terserah pada masing-masing penulis.
Membaca kisah demi kisah dalam buku ini, kita akan mendapat gambaran tentang bagaimana kehidupan mereka.
Ada yang bermula dari penyakit jantung bawaan. Namun, banyak di antara mereka yang semula segar bugar dan aktif. Mereka bersekolah, kuliah, bekerja, berolahraga, dan beraktivitas normal.
Sampai kemudian tiba-tiba merasa cepat lelah dan kehilangan tenaga, bahkan sekadar untuk berjalan. Selain itu, ada pula batuk dan demam berkepanjangan, serta sesak napas yang begitu mencekik tanpa alasan jelas.Pemeriksaan awal sering menemukan adanya masalah pada jantung.
Ketika akhirnya terdiagnosis hipertensi paru (setelah melalui rangkaian panjang pemeriksaan), mereka harus mengonsumsi obat-obatan seumur hidup.
Rasa bosan dan putus asa pernah mereka alami. Bahkan, pernah tak mau lagi meminum obat-obatan yang seharus mereka konsumsi secara rutin.
Tak memakan banyak waktu untuk membaca buku ini. Namun, isinya membekas di hati.
Ada Resensi tak hendak mengomentari tulisan demi tulisan. Sedikit catatan saja untuk penyuntingan buku.
Ada sedikit typo yang lolos dari mata editor, seperti kehadirat (halaman v), bebar-benar (halaman 75), dan Masyallah (halaman 76).
Selain itu, banyaknya istilah medis dan singkatan dalam dunia medis seperti INR, TEE, ASD, RHC, DORV VSD, dan SVT cukup mengganggu kenyamanan orang awam dalam membaca buku ini.
Memang, beberapa tulisan dilengkapi dengan catatan kaki. Namun, ketika istilah tersebut muncul lagi di tulisan yang lain, rasanya gusar juga karena lupa maksudnya apa dan catatan kakinya ada di halaman berapa.
Sedikit saran aja, sih, akan lebih baik kalau di buku ini ada halaman Daftar Istilah. Jadi, setiap kali pembaca mulai nge-lag dengan suatu istilah, bisa langsung membuka Daftar Istilah untuk menemukan artinya.
Jika Teman-teman ingin membeli buku ini, silakan menghubungi admin YHPI di nomor 0811-2511-099 (Weni), 0811-8986-799 (Annida), atau langsung check out di Shopee hipertensiparu.
Semangat sehat dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh-Nya.
Cetakan: 1
Tebal: xiv + 142 halaman
ISBN: 978-623-483-228-0
Harga: Rp 88.900 (Pulau Jawa)
Kisah Mereka
Ada sebelas kisah dalam buku ini, yaitu:- Badai Pasti Berlalu (Ike Evelin)
- Kucari Kebahagiaan dalam Setiap Beratnya Badai Takdir Hidupku (Dewi Komalasari)
- Be Happy Be Strong (Amidayana)
- Kuterima Takdirku dengan Penuh Syukur
- Jalanku Masih Panjang (Nur Alfiani)
- Menari di Tengah Hujan (Indriani Ginoto)
- Nazila Be Strong (Hikmah Nurjanah)
- Jangan Lemah (Umi Nura)
- Dokter Kuat dan Tegar Meskipun Takdir Membuatku Menjadi Seorang Pasien (Pramoda Wardhany)
- Kita Tak Sendiri (Risa Oktaviana)
- Perempuan dengan Saturasi 40 (Dhian Deliani)
Seperti umumnya sebuah antologi dengan para penulis yang berbeda, sebelas kisah dalam buku ini pun ditulis dengan gaya berbeda-beda.
Ada yang memulai dan mengakhiri kisah dengan menyapa pembaca, ada yang mengawali dengan untaian kalimat bijak, ada yang to the point bercerita.
Sebelum memulai setiap kisah, ada halaman khusus berisi quote, puisi, atau kata-kata penyemangat. Ini juga beda-beda, terserah pada masing-masing penulis.
Di awal setap kisah ada kalimat penyemangat. |
Membaca kisah demi kisah dalam buku ini, kita akan mendapat gambaran tentang bagaimana kehidupan mereka.
Ada yang bermula dari penyakit jantung bawaan. Namun, banyak di antara mereka yang semula segar bugar dan aktif. Mereka bersekolah, kuliah, bekerja, berolahraga, dan beraktivitas normal.
Sampai kemudian tiba-tiba merasa cepat lelah dan kehilangan tenaga, bahkan sekadar untuk berjalan. Selain itu, ada pula batuk dan demam berkepanjangan, serta sesak napas yang begitu mencekik tanpa alasan jelas.Pemeriksaan awal sering menemukan adanya masalah pada jantung.
“Penyakitku bernama hipertensi paru yang diakibatkan kebocoran jantung yang terlalu lama dibiarkan tanpa koreksi.” (Dhian Deliani, halaman 114)
Ketika akhirnya terdiagnosis hipertensi paru (setelah melalui rangkaian panjang pemeriksaan), mereka harus mengonsumsi obat-obatan seumur hidup.
Rasa bosan dan putus asa pernah mereka alami. Bahkan, pernah tak mau lagi meminum obat-obatan yang seharus mereka konsumsi secara rutin.
“Akibat tidak minum obat selama kurang lebih dua bulan menyebabkan terjadinya pembekuan darah sehingga tulang-tulangku tidak ternutrisi oleh darah .... Setelah dilakukan CT Scan, ternyata pengentalan darahku progresif. Hal ini menyebabkan tulang-tulangku tidak berfungsi dengan baik .... Hasil MRI menunjukkan tulang pinggul kananku sudah hancur.” (Dewi Komalasari, halaman 16)
Kondisi tersebut membuat banyak penyintas hipertensi paru terpaksa berhenti bekerja. Mereka mencoba berdamai dengan kenyataan.
“Sakit ini membuatku menyadari kelemahan diri, mensyukuri setiap yang kudapat, dan senantiasa bersiap diri menghadap Allah jika telah sampai pada waktunya.” (Syarif Thoyibi, halaman 42)
Bukan Resensi, Hanya Catatan
Blurb Satu Napas, berisi testimoni ahli. |
Tak memakan banyak waktu untuk membaca buku ini. Namun, isinya membekas di hati.
Ada Resensi tak hendak mengomentari tulisan demi tulisan. Sedikit catatan saja untuk penyuntingan buku.
Ada sedikit typo yang lolos dari mata editor, seperti kehadirat (halaman v), bebar-benar (halaman 75), dan Masyallah (halaman 76).
Selain itu, banyaknya istilah medis dan singkatan dalam dunia medis seperti INR, TEE, ASD, RHC, DORV VSD, dan SVT cukup mengganggu kenyamanan orang awam dalam membaca buku ini.
Memang, beberapa tulisan dilengkapi dengan catatan kaki. Namun, ketika istilah tersebut muncul lagi di tulisan yang lain, rasanya gusar juga karena lupa maksudnya apa dan catatan kakinya ada di halaman berapa.
Sedikit saran aja, sih, akan lebih baik kalau di buku ini ada halaman Daftar Istilah. Jadi, setiap kali pembaca mulai nge-lag dengan suatu istilah, bisa langsung membuka Daftar Istilah untuk menemukan artinya.
Cara Mendapatkan Buku
Buku Satu Napas diterbitkan dalam terbatas oleh Yayasan Hipertensi Paru Indonesia bekerja sama dengan One Peach Media.Jika Teman-teman ingin membeli buku ini, silakan menghubungi admin YHPI di nomor 0811-2511-099 (Weni), 0811-8986-799 (Annida), atau langsung check out di Shopee hipertensiparu.
Semangat sehat dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh-Nya.
Berasa terharu banget membaca untaian kalimat di "Jalanku masih panjang". Saya baru tau tentang hipertensi paru. Ngeri juga, ya. Kayaknya mengharubiru banget nih bukunya.
BalasHapusMenarik buku ini, jadi pengen baca deh. Banyak nih sekarang yang awalnya sehat bugar, ternyata mengidap penyakit yang parah.
BalasHapusdan ketika penyakitnya mulai menggerogoti, kesehatannya turun dengan cepat :(
Buku dari penyintas hipertensi paru "Satu Napas" membuat pembaca ikut hanyut dalam penuturan masing-masing kisah sang penulis. Aku suka meweeek baca buku based on true story begini..
BalasHapusMembayangkan dan serasa bisa ikut merasakan keresahan sang penulis saat menceritakan perjalanan menerima dan mulai berdamai dengan takdir.
Buku yang bagus, wajib punya nih
BalasHapusBahkan bisa jadi kado/oleh-oleh/atau apa pun karena kasus hipertenssi paru ini kayanya belum diketahui masyarakat banyak ya?
Saya baru tahu setelah baca tulisannya Teh Eno
dan rasanya pingin share ke banyak orang agar jangan menyepelekan dan akhirnya terlambat diobati
Kalau udah terkait penyakit di bagian paru dan sekitarnya apalagi di pembuluh darahnya bikin nelangsa ya. Bukunya bisa jadi reminder untuk selalu jaga kesehatan diri
BalasHapusSaya juga baru tahu ada penyakit dengan nama hipertensi paru. Yang saya tahu ya hipertensi aja. Ternyata sefatal itu ya, hipertensi paru. Buku ini keren banget! Bermanfaat banget, baik kaum awam atau mungkin bagi penderitaan hipertensi paru agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup.
BalasHapusMembaca kisah para penyintas, seperti hipertensi paru, di buku Satu Napas begini tuh kayak bikin kita banyak-banyak bersyukur.
BalasHapusMereka dengan segala perjuangan hidupnya saja tak ingin mengalah. Kenapa kita yang dikasih nikmat sehat ingin menyerah.
Soal istilah medis memang butuh penjelasan untuk orang awam.
Jadi, saran soal adain daftar istilah memang penting.
Quotesnya keren ya. Jadi pingin banget baca bukunya deh
BalasHapusSaat sakit emang yang diperlukan itu berdamai dengan diri sendiri, jadilah aku sempat juga fisioterapi yang memerlukan kesabaran saat antri dan bolak-balik RS. Nah baca resensi buku ini jadi merasakan betapa beratnya pasien yang sakit dan mulai bosan makan obat rutinnya.
BalasHapus