Hijab for Sisters

Perpustakaan Museum KAA, Ada Koleksi Buku Braille

Perpustakaan Museum KAA Bandung

Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 tentu sudah diketahui banyak orang. Peristiwa tersebut menjadi bagian dari sejarah Indonesia, bahkan dunia.

Bagian depan Gedung Merdeka ini sekarang digunakan sebagai museum. Siapa pun boleh berkunjung ke museum ini secara gratis, Namun, perlu mengisi formulir pendaftaran secara online (scan barcode sebelum diizinkan masuk ke museum).

Setelah berkeliling museum, pengunjung akan melewati ruang perpustakaan.

Perpustakaan Museum KAA ini sudah ada sejak tahun 1985. Pemrakarsanya adalah Abdullah Kamil, Duta Besar Indonesia di Inggris pada masa itu.

Perpustakaan yang Penuh Kenangan

Koleksi perpustakaan
Dulu ada 2 rak penuh berisi koran. Sekarang hanya ada 1 rak dengan 2 koran.

Berbeda dengan Taman Baca Legendaris di Bandung yang tak memberikan jejak masa lalu pada Ada Resensi (karena pada masa jayanya dulu Ada Resensi belum menetap di Bandung), Perpustakaan Museum KAA menorehkan kenangan khusus.


Selulus kuliah dulu, Ada Resensi rutin berkunjung ke Perpustakaan Museum KAA dua kali seminggu. Hari Senin menjadi hari wajib berkunjung.

Kenapa Senin? Simpel saja. Hari Senin adalah saatnya memburu semua koran terbitan Sabtu dan Minggu yang memuat banyak lowongan kerja.

Ketika itu belum zamannya orang mengiklankan lowongan kerja di internet. Koran menjadi rujukan utama para pencari loker (kecuali kalau menggunakan kekuatan orang dalam). Namun, membeli sendiri semua koran Sabtu dan Minggu adalah pilihan mahal.

Perpustakaan Museum KAA ketika itu berlangganan banyak koran lokal Bandung dan koran nasional. Dari situlah Ada Resensi mendapatkan pekerjaan pertama di sebuah PTS di kawasan Salemba, Jakarta.

Perpustakaan Museum KAA Kini

Perpustakaan Museum KAA dibuka untuk umum.
Pengunjung Museum KAA pasti akan melewati perpustakaan ini.

Perpustakaan Museum Konferensi Asia Afrika kini sudah jauh berbeda dengan masa 25 tahun yang lalu.

Dulu untuk masuk ke perpustakaan harus melalui pintu masuk di Jalan Braga (sebelah Bioskop Majestic yang dibangun tahun 1920-an). Sekarang, untuk ke perpustakaan harus masuk dari pintu di Jalan Asia Afrika, sama dengan pintu masuk ke Museum KAA.

Tepatnya sih, pengunjung harus melewati museum lebih dahulu untuk tiba di Perpustakaan Museum KAA. Perpustakaan berada di jalur tur Museum KAA. Semua pengunjung pasti akan melewati perpustakaan ini.

Tak sedikit yang kemudian mampir. Sekadar melihat-lihat, beristirahat setelah pegal mengelilingi perpustakaan, atau duduk membaca buku.

Ada Apa di Perpustakaan Museum KAA?

Perpustakaan yang memiliki koleksi buku braille
Braille Corner di Perpustakaan Museum KAA Bandung.

Tidak akan menyesal mampir ke perpustakaan mungil di dalam Gedung Merdeka ini. 
Perpustakaan ini terbagi atas dua ruangan, yaitu ruang baca dan ruang koleksi.

1. Ruang Baca

Ruang baca langsung terlihat dari jalur tur Museum KAA. Sangat nyaman dengan beberapa bantal, bean bag, satu meja anak-anak lengkap dengan kursi warna-warni, serta satu meja kaca bundar dengan 3 kursi yang nyaman.

Di sepanjang pinggir ruang baca terdapat rak-rak buku dengan bentuk dan ketinggian yang berbeda-beda. Koleksinya pun beragam. Dari buku sejarah, sosial, politik, psikologi, hingga komik, novel, dan buku anak-anak.

Air conditioner yang mengalirkan udara sejuk juga membuat pengunjung perpustakaan betah berlama-lama membaca buku di sini.

Di sudut ruangan menuju ruang koleksi, ada rak berisi koleksi khusus. Braille Corner. Begitu tulisan yang terpajang di bagian atas rak.

Sebanyak 4 rak tinggi dan 1 rak rendah di sudut itu khusus menyimpan buku-buku berhuruf Braille untuk teman-teman tunanetra.

Braille Corner ini sudah ada sejak tahun 2009, merupakan kerja sama dengan Yayasan Mata Hati Indonesia, Rotary, Abiyoso Braille Publishing House.

Ada Resensi sempat ngobrol dengan Windi, pustakawan di Perpustakaan KAA ini. Penasaran aja sih, teman-teman tunanetra suka datang membaca buku ke sini apa enggak ya?

Menurut Windi, memang masih jarang teman-teman tunanetra yang berkunjung ke sini. Namun, pada event khusus pihak Museum dan Perpustakaan selalu mengundang mereka untuk datang memanfaatkan buku-buku Braille yang tersedia.

2. Ruang Koleksi

Perpustakaan KAA di Bandung
Perpustakaan terbuka untuk masyarakat umum.

Ruangan kedua tampak seperti labirin rak buku. Sepertinya penderita claustrophobia alias fobia pada ruangan sempit dan tertutup bisa “sesak napas” di sini.

Rak-rak tinggi memenuhi semua bagian ruang koleksi. Di antara rak ada lorong-lorong selebar sekitar 60 cm.

Dengan penataan demikian, ruangan mungil tersebut bisa menampung sekitar 17.000 buku berbagai subjek.

Duh, kalau deket dari rumah sepertinya Ada Resensi bakal sering berkunjung ke sini.

Baca Juga: 7 Hotel Unik yang Penuh Buku

Alamat dan Jam Buka Perpustakaan

Teman-teman yang tinggal di Bandung atau yang sedang berlibur, di Bandung, coba deh mampir ke sini.

  • Alamat Perpustakaan Museum KAA
    Jl. Asia Afrika No.65, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40111
  • Hari Buka: Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu (sesuai dengan hari buka Museum KAA).
  • Jam Buka: 09.00 – 12.00 WIB, 13.00 – 15.00 WIB

Selamat berkunjung ke Perpustakaan Museum KAA.

Salam,

Ada Resensi

3 komentar

  1. lengkap sekali koleksinya ini ya. Jadi surga buat yang suka baca terus nyaman pula tempatnya, Bikin betah berlama lama untuk membaca. Satu lagi, salut karena ada Braille Corner di Perpustakaan Museum KAA Bandung. mantap sih ini

    BalasHapus
  2. Menurut daku ini tempat nongkrong yang gak hanya banyak ilmu dan wawasan yang diserap tapi juga asik karena suasananya itu bikin betah ya Kak

    BalasHapus

Mohon maaf, komentar dengan link hidup akan saya hapus. Thanks.